Halaman

Senin, 17 Februari 2020

LIKA-LIKU PANCASILA DI TENGAH ANCAMAN MODERNISASI

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan ribuan pulaunya yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Dari situlah muncul beragam kemajemukan, mulai dari suku, agama, ras, adat istiadat, bahasa, dan masih banyak lagi. Di tengah kemajemukan tersebut lahir sebuah ideologi, pondasi, dan dasar yang sekaligus berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa yang kita sebut sebagai Pancasila. Pancasila lahir dan hadir dalam bentuk penggambaran seekor garuda emas yang gagah dengan lambang dari kelima silanya yang terpampang jelas pada perisai di bagian dadanya.
Kelima sila Pancasila mengandung nilai-nilai luhur di dalamnya dan nilai-nilai inilah yang menjadi ciri sekaligus kepribadian bangsa Indonesia dalam hidup berdampingan hingga saat ini. Akan tetapi, kejamnya modernisasi membuat Pancasila semakin tergeser oleh ideologi-ideologi dan pengaruh buruk dari luar yang masuk ke Indonesia. Pancasila kian hari kian terlupakan oleh generasi muda yang notabene merupakan orang-orang yang akan menjadi pahlawan di masa depan, yang akan membangun dan menata bangsa menjadi lebih baik, dan yang akan memajukan  serta mengharumkan nama bangsa. Padahal, para pahlawan telah melewati sebuah proses yang sangat panjang dan harus melewatkan momen-momen mereka bersama keluarga demi tercapainya sebuah negara yang merdeka dengan ideologi yang mampu diterima oleh seluruh rakyat Indonesia.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar bahkan ketika berada di masa taman kanak-kanak kita pasti sudah mulai melafalkan sila-sila Pancasila. Akan tetapi, mengapa saat sudah dewasa tidak mengamalkan nilai-nilainya? Mengapa masih ada dan banyak perilaku-perilaku yang menyimpang jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila di Indonesia ini? Bahkan masih ada saja segelintir orang yang tidak fasih dalam melafalkan kelima silanya, tak terkecuali para pejabat tinggi negara yang justru seharusnya memberi contoh yang baik kepada rakyatnya. Belum lagi tentang pergeseran moral dan budaya yang disebabkan masuknya pengaruh-pengaruh buruk dari luar negeri yang memunculkan sikap individualisme, hedonisme, konsumtif, egois, dan cinta terhadap budaya kebarat-baratan. Hal-hal kecil semacam inilah yang lambat laun akan melahirkan generasi yang tidak paham akan ideologi bangsanya sendiri sehingga melahirkan perilaku-perilaku yang menyimpang dari aturan yang berlaku. Korupsi merajalela, perampasan hak orang lain terjadi dimana-mana, pengingkaran kewajiban sudah menjadi hal yang biasa, persatuan terpecahkan oleh adu domba kelompok-kelompok tak bertanggung jawab, dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya  yang disebabkan karena kekurang pahaman seseorang terhadap aturan yang berlaku. Sejauh ini kita pasti tahu bahwa Indonesia adalah negara hukum yang peraturannya jelas-jelas sudah tercantum dalam UUD 1945 dan Pancasila. Akan tetapi, hukum yang terjadi di Indonesia masih runcing ke bawah dan tumpul ke atas.
Contoh kasus yang sedang merajalela di Indonesia hingga saat ini adalah kasus korupsi dan penyuapan. Orang-orang yang duduk di kursi pemutusan perkara seakan bungkam dan tidak mau tau tentang kebenaran kronologis sebuah perkara itu dapat terjadi. Mereka mematikan hak rakyat kecil yang harusnya mendapat perlakuan adil di mata hukum hanya karena kasus yang tak masuk akal, mengambil buah cokelat yang berguguran di tanah kebun orang misalnya, atau bahkan mengambil sandal jepit milik tetangga. Lalu bagaimana dengan mereka yang hidup bergelimang harta hasil dari merampas uang rakyat secara diam-diam? Apa mereka sudah dihukum mati? Atau dipenjarakan di balik jeruji besi sepanjang hidupnya? Tidak semudah itu pada kenyataannya.
Sungguh lucu negeri ini atas ketidakadilan hukum yang menohok ke bawah dan menindas rakyat-rakyat kecil. Mereka yang jelas-jelas lebih kejam dan harusnya diperlakukan sama di mata hukum malah mendapatkan perlakuan yang istimewa. Di balik vonis hukuman yang begitu singkatnya, mereka juga mendapat fasilitas mewah bak sebuah hotel di dalam ruangan yang harusnya memberikan efek jera bagi mereka. Sedangkan rakyat-rakyat kecil harus pasrah memikul putusan masa hukuman yang divoniskan oleh hakim, ditempatkan dalam ruangan sempit, makan seadanya, tak ada hiburan, belum lagi jika harus mengalami penganiayaan oleh sesama narapidana di dalam jeruji besi. Sungguh miris dan mengerikan.
Fenomena seperti itu sudah menjadi hal yang biasa di Indonesia. Bahkan hampir setiap hari stasiun televisi menayangkan berita-berita semacam itu. Banyak sekali kasus-kasus semacam ini yang jika dibiarkan dapat mengancam dan menghantui keberlangsungan hidup Negara Indonesia. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?  Ini disebabkan karena banyaknya faktor yang dapat mendorong niat buruk mereka muncul secara tiba-tiba. Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya penanaman nilai-nilai Pancasila terhadap diri mereka sehingga muncul sikap individualis dan egois yang merugikan banyak orang. Padahal di dalam Pancasila sudah jelas memuat pentingnya menghargai hak orang lain serta memperlakukan setiap orang secara adil. Untuk apa para pahlawan harus capek-capek menyusun Pancasila jika para penerusnya saja tidak bisa mengamalkannya dengan baik dalam kehidupan? Jika mereka berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila, maka mereka pasti tidak akan dan jauh dari hal-hal yang menyimpang seperti kasus di atas.
Lalu bagaimana peran pemerintah dalam memberantas kasus-kasus penyimpangan Pancasila terutama korupsi dan penyuapan yang ada di Indonesia? Apakah kerjanya sudah nyata terlihat dan berhasil menumpas habis kasus korupsi di Indonesia? Pastinya pemerintah sudah bekerja keras dan berupaya semaksimal mungkin. Pemerintah telah membentuk dan mendirikan beberapa tim khusus yang menangani masalah-masalah tertentu yang terjadi di Indonesia, misalnya tim yang menangani korupsi dan suap-menyuap di Indonesia yang kita sebut dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tim khusus yang melindungi hak anak yang kita sebut dengan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun untuk menumpas kasus-kasus tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu waktu dan tenaga yang cukup keras untuk itu.
Sebagai generasi muda kita tidak perlu sibuk mencari-cari tentang apa yang sudah negara ini berikan kepada kita, kita hanya perlu bercermin terhadap diri kita sendiri tentang apa saja yang sudah kita berikan kepada negara ini. Tidak perlu memberikan emas dan berlian sebagai upeti, atau membangun gedung-gedung tinggi, atau mungkin merancang pesawat berteknologi mumpuni untuk negara ini. Indonesia hanya butuh kita, generasi muda yang cerdas dan sadar akan pentingnya menghargai dan menjunjung tinggi ideologi negara. Bagaimana caranya? Sederhana sekali. Salah satunya dapat kita wujudkan dengan ikut berpartisipasi dalam menanggulangi krisis Pancasila yang tengah melanda Indonesia akhir-akhir ini. Lalu apa langkah kita sebagai generasi muda untuk ikut berkontribusi terhadap penghapusan krisis Pancasila yang terjadi di Indonesia saat ini? Semua dimulai dari diri kita masing-masing. Kita tanamkan jiwa-jiwa nasionalisme dan cinta tanah air pada diri kita terlebih dahulu, lalu kita amalkan nilai-nilai Pancasila setelahnya; menjadi generasi muda yang taat pada peraturan dan norma-norma yang berlaku; serta menjadi berprestasi untuk mengharumkan nama bangsa. Langkah selanjutnya yang dapat kita ambil yaitu dengan ikut menjadi bagian komunitas atau kelompok positif yang menebarkan arti pentingnya menghargai sesama dan mengamalkan Pancasila, membantu pemerintah jika mengetahui tanda-tanda perilaku yang menyimpang, dan ikut memberikan sosialisasi terhadap masyarakat tentang pencegahan perilaku menyimpang.
Dengan kesadaran dari diri masing-masing individu dan dibantu kerjasama seluruh warga negara dan pemerintah diharapkan mampu mengangkat kembali ideologi bangsa serta menciptakan sebuah negara yang aman, damai, dan sejahtera di balik kemajemukan yang ada. Jangan biarkan para pahlawan menangis melihat generasi mudanya yang tidak paham arti Pancasila yang sudah mereka bangun sedemikian rupa dan melalui proses yang sedemikian panjangnya, buat mereka tersenyum dan bangga karena nama Indonesia yang harum dan indah.                        




BY : DINAN IZAZI ZATALINI (201910402100)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

If you have question, please written in comment column