Halaman

Jumat, 14 Februari 2020

CERPEN : SEKOLAH IDAMAN

Eucharistia Oktavia Firda.L


            Di sore yang dingin, suasana sunyi hanya terdengar tetesan air hujan yang lembut. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dan suara nyaring Rina memenggil Tina.
 ”Tina...Tina... buka pintu dong..!!!!”
”Ya, tunggu. Ayo masuk, ada apa???”
”Ah, Cuma main aja.”
Setelah beberapa waktu Rina dan Tina bercakap-cakap, Rina pun bertanya rencana setelah lulus sekolah SD.
”Tin, kita kan sudah mau lulus, untuk melanjutkan ke SMP,   kamu pilih SMP mana??”
”Aku sih, SMPN 1 Kesamben. Kamu??”
”Sama. Kenapa kamu pingin melanjutkan ke SMPN 1 Kesamben?”
”Karena SMPN 1 Kesamben adalah sekolah idamanku. Kamu?”
”Alasanku sama denganmu. SMPN 1 Kesamben juga sekolah idamanku. Aku sudah berfikir untuk melanjutkan kesana sejak duduk di kelas 5 SD.”
”Ya sama. Selain itu, gedung sekolahnya juga bagus. Ehm, disetiap kelas juga ada AC, seperangkat komputer, dan LCD. Bapak dan Ibu gurunya juga ramah. Pokoknya aku banget deh.”
”Ya, benar. Aku juga dengar dari kakakku, kalau SMPN 1 Kesamben melakukan renovasi kelas. Wahhhh, saat kita masuk kesana pasti sudah bagus..!!!”
”Ya iyalah, SMPN 1 Kesamben gituu loooh. Satu lagi, SMPN 1      Kesamben juga RSBI Lhooo..!!”
”Waaaah, hebbbaaatt. Tapi, aku jadi pesimis bisa masuk kesana.”
”Kenapa..???”
”Persaingannya pasti sangat ketat. Dan pasti banyak juga yang ingin masuk kesana.”
”Jangan menyerah sebelum bertanding gitu dong. Masak, calon siswi sekolah idaman dan unggulan di Blitar kayak gitu.”
”Ahh, benar juga. Baiklah, demi masuk ke SMP idaman kita, kita belajar tekun. Setuju??”
”Okey, setuju. Nah gitu dong, semangat.”
”Yap, ini semua juga karena kamu. Aku pesimis karena nilaiku sedang-sedang saja. Makanya aku takut kalau gak diterima.”
”Aku tadinya juga seperti kamu, tidak percaya diri. Tapi, Ibuku bilang jadi anak jangan suka pesimis. Walau tidak diterima pun tidak masalah, yang penting sudah mencoba. Toh, bila tidak diterima juga menjadi pengalaman kita. Ya kan??”
”Ya, benar. Aku tidak mau jadi anak yang mudah pesimis. Lagi pula tidak ada gunanya pesimis. Aku juga harus bisa masuk ke sekolah idamanku itu.”
”Iya, aku juga. Karena aku sudah lama berfikir untuk meneruskan sekolahku kesana.”
”Wahh, aku sudah tidak sabar untuk mengelilinginya. Pasti sangat luuaaas.”
”Aku juga. Kelasnya pasti juga banyak. Sewaktu aku mengikuti lomba, aku sempat berkeliling. Sangat luas. Ada kantin, koperasi siswa, ehmm, kelas 7A-9G, yang pastinya juga ada lab.”
”Waahhh, banyak sekali ruangannya. Tidak sia-sia aku mengidamkannya. Yang paling aku idamkan dari SMPN 1 Kesamben ya, karena ada AC, komputer, LCD. Jadi, kelas tidak akan panas.”
”Iya. Kalau yang aku idamkan dari SMPN 1 Kesamben ya, karena persaingan yang sangat ketat. Dan menggunakan bahasa Inggris. Seru banget. Apalagi bahasa Inggris juga pelajaran kesukaanku.”
”Iya, kamu senang, tapi aku,, aku tidak bisa bahasa Inggris.”
”Jangan khawatir, kan ada aku, Tina yang paling cantik sedunia akhirat, amien. Hehehehe, seperti John Martin ya.”
”Hehehe, Iya. Ehm,, aku gak sabar nih Tin. Aduh, baru membicarakannya saja seperti ini, apalagi kalau masuk.”
”Sabar, kita aja belum lulus SD. Baru naik kelas 6. Mending pikirkan pelajaran yang kita hadapi sekarang saja.”
”Benar juga. Apalagi sekarang sudah mendekati Try Out. Wahhh, tegang.” ”Tapi, Tin kenapa ya setiap anak selalu punya sekolah yang mereka idamkan??”
”Aku juga tidak tau.”
            Mereka pun terus berbincang-bincang mengenai sekolah idaman. Walau mereka terkadang tidak tau arti atau maksudnya, mereka tetap membicarakannya. Sambil menikmati kue dan teh yang ada. Suasana malam pun mulai menyelimuti langit. Tanpa disadari, ternyata orang tua Rina pun datang ke rumah Tina. Semuanya membicarakan masa depan anak-anak mereka. Dengan wajah riang Rina dan Tina terus bercanda ria. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Rina dan orang tuanya pun pulang.”
”Wah, sudah malam nih. Aku juga sudah lama main di rumahmu. Aku pulang dulu ya, Bye and good luck Tina.”
”Good Luck too, Rina.”
”Rina, kenapa kamu tadi berkata good luck pada Tina?”
”Tidak ada apa-apa bu. Hanya memberi dorongan.”
”Ah,,?? Kenapa??”
”Tadi, aku dan Tina membicarakan sekolah idaman kita, bu.”
”Ya, sudah cepat tidur.”
”Baik, bu.”
            Hari berganti hari, Rina dan Tina pun terus berusaha untuk mendapat nilai yang baik. Ujian demi ujuan terus mereka kerjakan. Tidak ada kata ”menyerah”. Tak di sangka hari pendaftaran di SMP idaman mereka telah tiba.
”Tina..”
”Rina..”
”Di kelas mana?”
”Ehhmm,, 8D. Kamu??”
”8C.”
”Wah,, gak nyangka ya, Rin..??”
”Iya.”
”Semoga saja kita diterima.”
”Amien.”
Kring...kring..kring..kring..
”Sudah bel, aku masuk dulu ya.”
”Okey. Aku juga. Bye.”
“Bye..bye..”
            Setelah saling bertegur sapa merekapun pergi ke kelas masing-masing. Matrikuasi, sudah mulai. Seperti biasa Rina memulainya dengan berdoa. Guru demi guru mereka hadapi. Demi bisa masuk di sekolah idaman, mereka berusaha. Mengambil kesimpulan yang diajarkan guru kepada mereka.
”Ehm, sebelum memulai pelajaran, Ibu mau tanya. Apa alasan kalian memilih bersekolah disini..??”
”Karena ini adalah sekolah idaman saya. Sudah lama saya berharap agar dapat bersekolah disini, bu.” jawab Rina.
”Wah,, hebat. Dari segi apa kamu mangidamkan sekolah ini..?”
”Banyak, bu. Salah satunya karena, prestasi yang diraih oleh sekolah ini, bu.
”Wah, bagus.
            Setelah jawaban dari Rina, Bu Guru pun memulai pelajarannya. Rina memperhatikannya dengan serius. Seakan-akan hanya ada dia dan Ibu Guru. Buku matrikulasi yang diberikan kepadanya sudah habis diisi olehnya. Disisi lain Tina juga, berusaha untuk memahami pelajaran yang diberikan. Walau terkadang tidak paham, dia tetap berusaha. Kenyamanan yang diberikan SMPN 1 Kesamben membuat anak yang bersekolah menjadi senang. Bel istirahat pun terdengar. Rina dan Tina bertemu kembali.
”Hy, Rin.”
”Hy juga, Tin.”
“Bisa tidak tadi pelajarannya??”
”Ehm, bisa. Kamu?”
”Ya, lumayan.”
”Kita jalan-jalan yuk. Mumpung istirahat,”
”Ayo. Kemana?”
”Up to you.”
            Sambil bercakap-cakap mengenai sekolah idaman, mereka terus menelusuri sekolah itu. Tetapi ada masalah. Mereka bingung dengan jalan sekolah itu.
”Wah, kok kembali ke tempat ini lagi sih..?”
”Iya, ya. Aku bingung.”
”Kita kesana aja deh.”
”Baik.”
            Sambil mencari jalan, mereka terus bercanda ria. Bel tanda masuk pun berbunyi. Dengan cepat mereka berlari untuk menemukan jalan keluar.
”Untung, saja ketemu.”
”Iya. Jantung berdetak kencang sekali tadi.”
”Ya, sudah cepat masuk. Bye.”
”Bye juga.”
            Mereka pun melanjutkan pelajaran matrikulasi. Hari demi hari matrikulasi pun berganti menjadi MOS. Terus berlalu, mereka pun disahkan menjadi siswi SMPN 1 Keasamben. Sekolah idaman mereka. Dengan wajah semangat mereka mengikuti pelajaran demi pelajaran. Prestasi yang mereka raih juga semakin banyak. Rina menjadi anak teladan. Tina menjadi sang jagoaan bahasa Inggris. Walau berbeda kelas persahabatan mereka tetap erat. Mereka pun bertemu dikantin sekolah
”Tina,”
”Rina.”
”Apa kabarmu.”
”Baik. Kamu?”
”Baik juga.”
            Setelah saling menyapa mereka pun kembali ke kelas masing-masing.Tina di kelas 7A dan Rina di kelas 7B. Mereka sengaja dipisah karena mereka adalah siswi yang bisa mengubah suasana kelas. Baik dalam luar kelas maupun dalam kelas. Mereka berduan dapat diandalkan. Semuanya dapat mereka atasi. Semua persoalan dapat mereka hadapi. Dengan perasaan bangga mereka terus belajar. Kerja kelas yang mereka lakukan tidak sia-sia. Semuanya berkat dorongan orang tua dan kawan-kawan.
            Suatu saat Tina, sahabat Rina menjadi juara umum. Sikap Tina pun berubah drastis. Sikap yang dulu baik berubah menjadi sangat nakal. Hanya pacar yang Tina pikirkan. Bertemu Rina pun, Tina tidak mau menyapa. Sikap sombong mengusahi Tina. Rsa cemas yang ditakuti Rina selama ini sudah terjadi. Semua kenangan bersama Tina hanyalah menjadi sebuah kenangan belakang. Rina hanya bisa berian diri. Sudah berylang kali Rina memperingatkan Tina. Tapi Tina tidak menghiraukannya. Hanya sedih yang dirasakan Rina. Nilai Tina menurun. Dia tidak menjadi juara di kelasnya maupun juara umum. Sikap sombong yang di miliki Tina membuat semua temannya menjauh. Tina menjadi kesepian. Tidak ada teman yang mau dengan nya. Seorang diri di sekolah idamannya. Rina tahu itu, dia sengaja tidak menemani Tina. Bukan karena dia dendam, tapi, karenan ingin menberi pelajaran kepada Tina.
            Lama kelamaan Tina pun menyadari kesalahannya. Dia menyesal karena bersikap sombong dan akuh. Dia juga menyesal karena telah menyia-nyiakan sahabatnya. Tak disangka Rina telah telah berdiri dibelakangnnya. Dia menangis karena Tina menangis. Dia sedih. Sayang Tina tidak menyadarinya. Rina pergi meninggalkan Tina seorang diri. Tina terus menangis. Menangis...menangis...menangis dan terus menangis. Penyesalan. Tina pun memutuskan untuk pindah sekolah. Walau berat meninggalkan sekolah idamannya diterpaksa meninggalkannya. Sebelum meninggalkan daerah itu, Tina memutuskan untuk meminta maaf kepada semua teman. Dari veni, rara, bani, deni, gilda, lia, denta, angel, dita an terutama Rina. Dia datang ke rumah mereka semua. Meminta maaf dan berjanji kepada mereka kalau dia tidak akan mengulangi lagi. Yang terakhir ke rumah Rani. Dia mengetuk pintu rumah Rina. Rina membuka pintu dan terlihat terkejut.
”Rina..”
”Tina??”
”Rin, maaf ya.”
”Kenapa?”
”Sikapku selama ini sudah buruk padamu. Sebenarnya aku takut kehilangan teman kayak kamu. Aku takut...sangat takut..takut sekali.. takuuuuttt... aku juga sedih,, sangat sedih...sedih sekali... susah,, susah,, bahkan sangat susah mencari dan meninggalkan teman seperti kamu Rina.”
”Tina,, apa yang kamu katakan. Aku tidak apa-apa kok. Tenang, jangan khawatir. Aku tetap setia kok. Sewaktu belum diterima punkita sudah dekat. Sekolah idaman itu sangat berartikan untukmu. Jadi, jangan pindah dong. Ya,,ya,,,ya.. pleeeeeaaaasssseee...!!
”Aku tidak janji Rin. Aku sudah tidak punya teman di sekolah idaman kita itu. Sepi...sepiii...dan amat sepi..”
”Kan ada aku. Masak aku tidak kamu anggap ada..”
”Bu,,bu,,bu,,bukan begitu Rin. Masak Cuma satu. Aku juga sudah dicap menjadi anak yang nakal. Bapak dan ibu guru pun juga sudah tidak berpatisifasi lagi denganku.’
”Tenang.. udah tenang aja. Jangan khawatir. Don’t worry. Okey??”
”Okey. Tapi janji y.??’
”Okey.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

If you have question, please written in comment column