Halaman

Selasa, 30 Juni 2020

CERPEN: SEKOLAH ORGANIK




Riuh gemuruh kendaraan yang penuh sesak di depan parkiran sekolah Pampam.
Tak ada satupun ruang yang tersisa di antara mobil-mobil yang berjajar. Pampam yang tubuhnya tambun hanya bergerak kesana kemari mencari tempat parker untuk Si Boni , sepeda ‘onthel’ kesayangannya.
 Alamak , harus kutaruh dimana sepeda ku ini “ , gerutunya dengan logat Batak yang khas.
Tiba-tiba , terdengar suara yang mengangetkannya.
            “ Door .. ngapain kamu mondar-mandir di sini Pam ? , tidak cepat masuk kelas kamu itu ? “ gertak Jhenny.
            “ Bah , mau masuk kelas gimana aku ini Jhen ? , sepada ku ini gak bisa parkir dari tadi . tolong bantu aku Jhen “ , gerutu Pampam kesal.
Belum sempat Jhenny membantunya. Namun bel sekolah sudah lebih dulu berbunyi.
Di dalam kelas , Pampam yang sedikit tambun hanya melamun. Entah apa yang ia lamunkan.
Teman-teman akrabnya seperti Jhenny , Dudi , dan Rose hanya dapat menatap Pampam dengan tatapan heran.
Dudi yang suka merayu membuka pembicaraan.
            “ Pam, sebenarnya kau ini kenapa ? , masak orang batak melamun “, canda Dudi.
            “ Apa-apaan kau ini Dud , aku hanya berkhayal tentang sekolah kita “, tegas Pampam.
Ketiga sahabatnya hanya terdiam , tak biasanya Pampam mempunyai pemikiran yang seserius ini.
            “ Kawan , apa kalian tidak pernah berpikir. Di sekolah kita yang se-elite dan semewah ini gak ada yang namanya parkiran sepeda “, bentak Pampam tiba-tiba.
            “ Wah Pam , kau ini apa-apaan. Jangan sembarangan mengejek almamater kita “, Rose melotot kepada Pampam.
Pampam yang juga semakin geram , akhirnya berdiri. Di meraih buku catatan kimia nya dan bangkit. Lalu menggulungnya seperti kue rol yang enak. Ia berteriak sekencang-kencangnya kedalam buku itu. Mungkin baginya itu adalah speaker TOA yang biasanya digunakan untuk berorasi. Teman-temannya hanya memandangnya dengan heran.
            “ Sodara-sodara , teman Pampam sekelas yang Pampam sayangi. Dalam kesempatan ini Pampam akan menyampaikan keluhan hati Pampam yang sangat mendalam “ , teriak Pampam.
            “ Pampam sudah gila , hahaha “, riuh gemuruh teman Pampam sekelas.
Pampam wajahnya semakin memerah. Jhenny , Dudi , dan Rose tampak memegang erat lengan Pampam. Namun Pampam yang tambun dapat melawan cengkraman tersebut.
            “ Arrghh .. aku hanya ingin berkata teman-temanku. Apakah kalian semua tidak pernah sadar. Selama ini disekolah kita ini tidak ada yang namanya pohon, tanaman hijau , tempat parkir sepeda , dan sarana olahraga. Apa kalian tidak malu dengan sekolah sebelah yang lebih jauh rapi, indah , asri. Walaupun tidak menyandang predikat sekolah modern seperti sekolah kita. Kalian disini hanya memamerkan kecanggihan gadget yang kalian punya. Tapi untuk piket kelas saja mana pernah kalian melakukannya. Sadar kawan , kita butuh udara segar di sekolah kita ini. “ , kata Pampam semangat dengan logat Bataknya yang tak pernah hilang.
Teman-temannya hanya manggut-manggut. Rose meraih tangan Pampam yang masih mengepal buku. Menariknya ke belakang kelas.
            “ Pam, apa yang kamu bilang benar juga. Aku juga merasa seperti itu , ayo kita buat program agar kita menjadi sekolah organik “ , kata Rose yang bijak.
            “ Betulkah yang kau kata Rose ?, Ooh .. sungguh beruntungnya aku punya teman yang sehati dengan aku .. haha “, kata Pampam riang.
Pernyataan tersebut disambut gelak tawa teman-temannya. Mereka semua menyetujui ide Rose dan Pampam.
Mulai dari hari itu mereka mulai menyusun rencana untuk mewujudkan hal tersebut.
Tapi satu hal yang menjadi halangan terberat dalam melaksanakan program tersebut. Pertama masalah biaya , masalah tenaga , dan yang ketiga melawan bangsa kapitalis disekolah mereka. Para murid kaya juga guru angkuh yang hanya memikirkan modernisasi juga gadgetisasi.
Tapi mereka tak akan pernah gentar. Pampam mulai getol menyiapkan idenya. Awalnya mereka hanya ingin membuat parkiran sepeda dan menanam bunga. Namun Pak Warja guru angkuh yang satu ini tidak mengabulkan permohonan mereka. Walaupun biaya itu ditanggung Ayah Rose yang kaya. Pak Warja beranggapan, hal-hal sesepele itu hanya dapat merusak aura modern dari sekolah mereka.
            “ Pak Warja , kami mohon pak. Jangan terus memikirkan parkiran untuk mobil-mobil dengan bahan bakar subsidi Negara itu pak. Apa bapak tidak ingin anak didik Bapak dapat melakukan Go Green dengan cara bersepeda bersama ke sekolah “ , mohon Dudi yang pintar merayu.
            “What ?? pardoun me please. Sekolah kita itu modern. Saya ucap satu kali lagi, dengarkan. “MODERN”. Semua murid kesekolah bersama parents mereka. Dengan naik mobil mewah “ , kata Pak Warja lantang dengan mata yang berkilat-kilat.
Keempat anak adam tersebut hanya dapat tertunduk lesu.
            “ oke sir. Kita tidak akan membahas masalah tersebut lagi “ , kata Jhenny.
            “ Jhen ?? apa yang kamu katakan ?? , aku tidak terima “ , kata Rose
Namun seperti biasanya Jhenny tiba-tiba pergi dengan tatapan yang misterius. Pastilah anak bertubuh jangkung itu menyimpan rahasia. Titisan detektif.
            “ Sudahlah Rose , jangan melawan dia. Seperti tidak tau siapa Jhenny kau ini “, cetus Pampam
Dan mereka beranjak meninggalkan pelataran ruang guru sekolah mereka.

Hari-hari mereka hampa , ide-ide dulu yang sempat membara kini terkubur sudah. Ditambah dengan menghilangnya Jhenny seminggu ini , di papan absen tertuliskan keterangan “ijin” di sebelah nama Jhenny Anantha.
Pampam yang biasanya bergembira , sekarang hanya murung dengan memegang lollipop rasa mangga di tangannya. Dudi yang senang merayu wanita sekarang tak ada semangat lagi . sedangkan Rose , ia yang biasanya cerewet , sekarang hanya terdiam.
Satu minggu suasana seperti itu dipertahankan di kelas 9.3 itu. Kelas yang terkenal dengan muridnya yang badung. Namun juga disenangi banyak guru, karena muridnya yang berpikir kritis dan suka berorasi. Di dalam kesunyian itu , tiba-tiba suara kaki berderap penuh semangat ke depan pintu kelas 9.3 itu.
            “ Good morning my sista and brother. I have a lot of progres for you “, kata seseorang di depan kelas. Ternyata itu adalah suara si jangkung Jhenny.
“ Teman-teman , masih ingat ide kita 1 bulan yang lalu ? “, Tanya Jhenny semangat.
“ Bah.. ya masih ingat lah Jhen. Masih membekas kuat di pikiranku “, kata Pampam.
“ Memang kenapa kau bertanya masalah itu lagi , katanya kamu sudah nyerah “, kata Rose sinis.
“ Bukan begitu maksud aku Rose. Aku selama seminggu ini berlibur ke daerah Bogor. Disana aku juga sekolah lo. Tapi sekolahnya beda .. “, kata-kata Jhenny terpotong dengan intrupsi dari Dudi.
“ Bedanya memang apa ? “ , kata Dudi penasaran.
“ Dengarkan dulu kawan , aku disana bersekolah di SEKOLAH ORGANIK. Kalian tidak akan menemukan namanya mobil-mobil yang membosankan itu. Ada juga program yang sangat membuatku terkesan. Yaitu ‘BANK SAMPAH’ “ , kata Jhenny semangat.
Kelas 9.3 tiba-tiba dipenuhi dengan teriakan “APA BANK SAMPAH ?? “.
Spontan Jhenny langsung menanggapi teriakan teman-temannya.
“ Iya ‘BANK SAMPAH’ kawan , jadi tiap minggunya kita dapat menyetorkan sampah-sampah anorganik ke sekolah. Lalu kita beramai-ramai akan mendaur ulangnya menjadi bahan-bahan yang berguna. Lalu dijualah barang itu. Setelah dijual kita mendapatkan untung, dan dapat melakukan banyak renovasi sekolah di bidang lingkungan “.
Semua teman-temannya bersorak dan menyambut gembira perkataan Jhenny tersebut. Namun Rose Currey yang cerewet tiba-tiba berlari kedepan kelas dan berkata .
“ Excuse me ,bukanya saya menentang pendapat Mrs. Jhenny. Namun kalian tak ingat apa dengan guru super killer, Pak Warja. Dengan cara apa kalian akan meyakinkan beliau “ , bentak Rose.
“ Betul juga kata Rose , jadi bagaimana kita yakinkan Pak Warja ? “, kata Pampam
Jhenny keluar kelas , dan tindakannya itu lebih mnimbulkan tanda Tanya besar yang sangat besar bagi kawan-kawan sekelasnya.
            “ Apa yang dia perbuat , mempermaikan kita ? “, kata salah seorang murid lelaki.
Selang beberapa menit setelah kata itu terucap. Datanglah Jhenny , Pak Warja , dan seseorang perempuan berjilbab yang mereka tidak kenal.
Dengan sigap , mereka segera berhamburan ke tempat duduk mereka masing-masing.
“ Selamat pagi anak-anak. Saya ingin menyampaikan suatu hal yang sangat penting bagi kalian. Mungkin inilah hal yang sangat kalian idam-idamkan. Semoga kalian menyukainya “, kata Pak Warja.
Tak biasanya ia menyapa menggunakan Bahasa Indonesia. Dan hal itulah yang membuat murid-murid 9.3 bertanya-tanya. Jhenny yang sedari tadi hanya tersenyum membuka pembicaraan.
            “ Ehm.. mungkin sebelumnya tindakan ku ini membuat kalian kaget. Aku mengundang Kepala sekolah organik Ar-rahman Bogor. Aku dan Ibu Aminah ini telah membuat rayuan yang super maut untuk Pak Warja “ , tiba-tiba Jhenny menghentikan kata-katanya.
Ia bergegas menggambil sebuah buku proposal dari tasnya. Dibagikannya satu persatu buku tersebut. Isinya sungguh menakjubkan.
Disana ada rencana pembangunan ‘Onthel park’ , yaitu tempat parkir khusus untuk sepeda onthel. Mungkin ini adalah salah satu program paling menyenangkan untuk Pampam.
Ada program taman terbuka hijau di tengah sekolah , bank sampah , kantin tanpa sampah.
Maksud kantin tanpa sampah adalah , semua makanan yang dijual di kantin itu tidak berbentuk makanan kemasan. Semua makanan di tempatkan di piring-piring plastic onix yang dapat digunakan kembali. Waah.. pasti sekolah ini akan menjadi sekolah modern yang sangat asri.
Pak Warja juga dapat dilunakkan hatinya. Sehingga beliau mendukung penuh semua program tersebut. Pembangunan biayanya di tanggung penuh oleh sekolah.
Program tersebut akhirnya rampung di pertengahan bulan Januari. Sekolah yang dulunya dipandang sebagai sekolah yang serba modern dan serba gadget. Ternyata juga dapat menjadi sekolah percontohan karena program-programnya yang Go Green.
Mulai saat ini Pampan si tambun , sudah tidak bingung lagi akan menaruh si Boni kesayangannya dimana. Dan Pampam juga mengajak teman-temannya untuk bersepeda bersama saat akan pergi ke sekolah. Si Dudi yang pintar merayu , lebih gencar melatih rayuaanya di bawah pohon yang rindang. Rose dan Jhenny saat ini menjadi penanggung jawab Bank Sampah.
Setiap hari mereka berdua mendapatkan suplai plastik bekas  dari teman-temannya. Mereka bersama-sama mengolah plastik tersebut menjadi tas-tas cantik , taplak meja , dan lain-lain.
Mulai dari situlah , sekolah mereka banyak dikunjungi olah sekolah-sekolah lain yang ingin menimba ilmu dari Sekolah Organik pertama di daerah mereka. Tercapailah impian Pampam, Jhenny , Dudi , dan Rose. Dan yang paling penting sekolah mereka tidak kalah dengan sekolah sebelah. J

Alivia Mareta Sumitro


Masih bingung setelah lulus SMA/SMK/MA???
Yukkk daftarkan segera diri kamu menjadi mahasiswa STKIP PGRI Nganjuk. Ada Lima Program Studi yang dapat kamu pilih yaitu Prodi Pendidikan Matematika S1, Prodi Pendidikan Ekonomi S1, Prodi Pendidikan PPKn S1, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris S1 dan Prodi Pendidikan IPA S1.


Ayo jangan ragu lagi kuliah di STKIP PGRI Nganjuk, kalo ada yang lebih dekat kenapa harus yang jauh. Biaya pendidikan di STKIP PGRI Nganjuk juga terjangkau, lalu tunggu apa lagi ayo segera datang Ke Kampus STKIP PGRI Nganjuk di Jalan A.R Shaleh No.21 Nganjuk atau cek websitenya di stkipnganjuk.ac.id ataul ikuti ink berikut ini Pendaftaran Mahasiswa Baru (PMB) STKIP Nganjuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

If you have question, please written in comment column