Halaman

Rabu, 20 Mei 2020

ARTIKEL ; PERAN GURU

Oleh    : Ika Nurdiah Andayani 


Pendidikan tak lepas dari dua insan yang saling melengkapi, yaitu guru dan murid. Guru adalah seseorang yang mengantarkan muridnya membuka cakrawala baru dalam kehidupan, bisa desebut guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sedangkan murid adalah seseorang yang mendapatkan wawasan dari sang guru. Pendidikan tersendiri memiliki pengertian yaitu bimbingan atau upaya mengembangkan potensi-potensi peserta didik agar menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Begitu pentingnya peran guru bagi kita yang sedang menjalani jenjang pendidikan. Guru sebagai perantara kita dalam meraih sebuah cita-cita yang mulia. Guru menjadi tokoh yang begitu penting dalam kehidupan, sehingga bapak pendidikan indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara membuat semboyan untuk pendidikan di Indonesia yaitu;”Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang artinya “Di depan memberi contoh, Di tengah memberi semangat, Di belakang memberi dorongan”, begitulah kurang lebih pengertiaanya. Seorang polisi tidak akan mengerti simbol rambu-rambu tanpa berguru, seorang pilot tidak akan bisa menerbangkan pesawat tanpa berguru, dan semua profesi-profesi yang  kita raih nanti semuanya berkat guru. Namun, bagaimana dengan guru? Apakah seorang guru dapat menjadi guru tanpa berguru? Hal itu tidak mungkin. Seorang guru adalah makhluk sosial seperti kita, yang juga bergantung pada orang lain. Sebelum jadi guru, dia juga pernah menjadi murid. Kehidupan bukanlah sebuah sihir yang mampu menciptakan sesuatu yang ajaib datang sendiri, namun kehidupan adalah proses yang harus dijalani.
Begitu pentingnya peran guru bagi kelangsungan kehidupan murid. Guru memiliki tugas yang hampir sama dengan orang tua, jadi guru juga bisa disebut orang tua kedua kita saat berada dalam dunia pendidikan. Dalam Bahasa Jawa, orang jawa menyebut guru adalah “diGugu lan ditiRu” yang pengertiannya adalah seorang murid harus menganut apa yang diberikan guru kepadanya dan melakukan apa yang guru ajarkan kepadanya. Karakteristik setiap murid berbeda-beda, ada yang penurut dan ada yang bandel. Guru harus mempunyai cara melunakkan hati setiap murid, misal diberi perhatian khusus bagi murid yang bandel. Namun karakteristik guru juga berbeda-beda, sehingga timbul perasaan murid suka terhadap guru dan tidak suka terhadap karakteristik atau cara guru mengajar saat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas. Berikut ini akan saya sebutkanbeberapa tipe guru yang pernah mengajar dengan cara yang berbeda dari guru pada umumnya, yaitu;
1.      Tipe Yang Suka Pergi
Murid zaman sekarang akan senang sekali dengan KBM kosong. KBM kosong disini mungkin bisa disebabkan jika guru berhalangan hadir atau ada kegiatan sekolah lainnya. Saya disini adalah salah satu murid yang menyukai KBM yang kosong. Entah apa yang saya pikirkan, KBM kosong menurut saya itu untuk mengistirahatkan otak setelah menerima begitu banyak materi pelajaran. Apa hubungannya dengan tipe guru yang main pergi saja?. Begini, guru tipe ini adalah guru yang sangat disukai murid-murid. Saat KBM, guru tipe ini selalu meninggalkan muridnya keluar sebentar dengan berbagai alasan. Entah alasan gerah dengan kelas ini atau alasan ada sesuatu yang tertinggal atau alasan hasrat ingin buang air. Namun, guru tipe ini tetap memberikan materi di kelas walaupun Cuma sebentar. Tak jarang dari mereka tidak kembali lagi di kelas, saya tidak mengerti dengan jalan pikiran guru ini. Jadi, saat KBM terasa tidak mengalami KBM karena guru tipe ini pergi keluar dan tak kembali bagaikan debu yang diterpa angin.
2.      Tipe Yang Menghiraukan Murid
Guru tipe ini pandangannya terfocus pada buku yang ia bawa. Dia menjelaskan dengan membaca buku, dan menghiraukan murid-murid. Jadi, ketika suasana kelas ramai dia menghiraukannya seolah tidak terjadi apa-apa. Bagaimana bisa materi yang diajarkan dapat terserap dengan baik?, saat guru tipe ini KBM di kelas saya, saya lebih memilih untuk tidur di kelas dan terkadang saya makan makanan saya yang tadi saat jam istirahat beli di kantin. Saya memilih melakukan hal itu karena saya menganggap apa yang guru ini ajarkan sia-sia. Ketika belajar, otak membutuhkan ketenangan agar dapat menyerap materi semaksimal mungkin karena tidak ada halangan apapun. Guru tipe ini menurut saya misinya adalah melaksanakan tugas sebagai guru dengan memberikan pengetahuan kepada murid, namun membiarkan muridnya. Yang terpenting tugasnya selesai, entah dipahami atau tidak, itu sudah bukan urusannya. Saya tidak mengerti dengan jalan pikiran guru ini, disaat guru lain marah-marah sambil melotot karena muridnya ramai, guru tipe ini baik sekali tidak pernah sekalipun marah terhadap suasana yang ramai bagaikan pasar. Guru tipe ini paling disukai oleh murid-murid, karena murid-murid tidak tertekan akan banyaknya materi yang harus dikuasai. Seperti tidak ada padahal ada.
3.      Tipe Yang Pilih Kasih
Ini yang paling tidak saya sukai. Guru tipe ini perhatiannya selalu tercurah kepada murid yang pandai. Dia memberi harapan palsu bagi murid yang biasa-biasa saja, katakanlah murid yang belum dikategorikan pandai seperti saya ini. Rata-rata Guru setelah memberikan materi pasti mengungkapkan sebuah kalimat “Ada yang belum paham? Silakan bertanya!”, inilah kesempatan bagi murid untuk menguasai betul materi yang diajarkan, sayapun demikian. Saat teman saya yang paling pandai bertanya, guru tipe ini menerangkan dengan penuh hikmat disertai selalu senyum kepada murit tersebut. Dia menerangkan berkali-kali agar sang murid yang pandai itu paham. Saat giliran saya ingin bertanya guru tipe ini memang menjelaskan kembali materinya. Namun tidak seperti anak yang pandai, saya diperlakukan berbeda dengannya. Guru tersebut menjelaskan dengan begitu cepat dan tergesa-gesa. Setelah itu suatu kalimat muncul dari mulutnya, “Pokoknya gini, sudah paham kan?”, belum juga mulut ini menjawab guru tersebut meninggalkan saya, ya, setiap murid yang bertanya, guru tipe ini menghampiri ke tempat duduk murid-murid yang bertanya. Sudah tidak diragukan lagi, murid yang pandai akan semakin gemilang, murid yang bodoh akan semakin terperosok. Banyak teman-teman saya yang memilih tidak bertanya, karena mereka tau dengan sifat guru yang satu ini. Bukan hanya itu, guru tipe ini paling gemar memuji murid-murid yang memiliki rangking di kelas. Ini memang tidak salah, suatu keberhasilan memang pantas untuk dipuji. Saya juga pernah merasakan bahagianya dipuji guru dengan rangking yang saya peroleh, namun ketika saya jatuh terpuruk, saya sudah dilupakan. Ketika teman-teman saya yang memperoleh rangking atas ditanya rangking berapa dan dipuji serta diberi motivasi, hanya saya yang diabaikan. Padahal dulu ketika saya sedang jaya, saya diperlakukan seperti teman saya yang mendapat rangking atas. Namun, kenapa saat saya jatuh malah tidak diberi dorongan semacam motivasi pembangkit semangat . Kemungkinan besar guru tersebut sudah tau rangking saya, dan hanya basa-basi menanyakan rangking murid-muridnya yang pandai. Hidup itu bagaikan dadu yang digulirkan wahai guruku!. Ketika seseorang mendapatkan enam, namun tidak selamanya enam akan jadi miliknya, karena dibalik angka enam terdapat angka paling kecil yaitu satu, dan dadu tersebut bisa bergulir ke satu dan menjatuhkanmu. Namun, Allah tidak pernah memainkan dadunya ketika menentukan nasib, Dia memberi ujian kepada hamba-Nya untuk memperkuat iman.
            Beberapa tipe guru yang telah saya sebutkan diatas adalah berdasarkan pengalaman saya saat sekolah di sekolah menengah. Jujur dari lubuk hati, saya menghormati betul guru yang telah memberikan ilmu kepada saya. Saya sangat berterima kasih. Namun, beberapa guru yang telah mengajarkan saya masih ada yang tidak memiliki jiwa seperti guru. Seperti semboyan pendidikan Di depan memberi contoh, Di tengah memberi semangat, Di belakang memberi dorongan. Saya menginginkan tidak ada perbedaan antara murid yang pintar dan yang bodoh, yang saya inginkan adalah kesamaan. Kemampuan setiap murid berbeda-beda, namun jika guru memberikan perlakuan yang berbeda, akan menyebabkan perbedaan tersebut semakin mencolok. Guru bukan hanya mengajar, namun mendidik dan membimbing. Peran guru dapat menjadikan muridnya seseorang yang memiliki jiwa kedisiplinan, ketaatan, kejujuran, saling menghargai sesama manusia dengan bimbingan yang guru berikan. Kita yang saat ini sedang berpendidikan adalah aset bangsa yang dapat merubah bangsa ini menjadi lebih baik. Kita membutuhkan peran guru untuk mencapai apa yang kita impikan. Saya berharap, guru-guru tidak membeda-bedakan muridnya. Kami sama, hanya saja kemampuan kami berbeda, untuk itulah peran guru, membimbing murid-muridnya meningkatkan kemampuannya. Kualitas seorang murid ditentukan dari peran gurunya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu meningkatkan semua kualitas muridnya, mungkin tidak semua murid dapat berkualitas. Namun setidaknya, guru memberikan pengajaran yang baik bagi murid-muridnya. Lebih baik berusaha meski hasilnya tidak memuaskan daripada tidak memcoba sama sekali. Saya berharap guru-guru masa depan menjadi guru yang dapat diandalkan oleh negara.
            Artikel ini bukan untuk menyalahkan atau menyinggung siapapun, namun dituliskannya artikel ini bertujuan untuk perubahan yang lebih baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

If you have question, please written in comment column